Tuesday, November 6, 2018

Tentang Konser Lamp: A Distant Shore

Ah, Lamp.

Adalah band Jepang yang 4 tahun lalu, ketika gue masih tinggal di Bandung, diperkenalkan oleh salah satu temen kuliah gue. Gue jatuh cinta pada pendengaran pertama (is that even a phrase?) dan tau-tau udah khatam diskografinya. Nggak bermaksud sombong atau apa, tapi ya sesuka itu gue sama Lamp ketika itu.

Fast forward ke awal Oktober lalu, gue baru menemukan kalau Lamp mau konser di Jakarta. Tanpa mikir lama gue beli tiketnya (buat gue dan pacar), meski bisa dibilang harga tiketnya agak mahal untuk ukuran konsernya, yaitu 385k. Tapi setelah dipikir-pikir lagi sekarang dan setelah gue menikmati konsernya, gue bisa bilang kalau harga segitu ternyata WORTH IT.

Konser Lamp diadain di Rossi Musik Fatmawati, 17 Oktober 2018 lalu. Ini juga merupakan perkenalan pertama gue dengan si venue yang namanya udah terkenal di kalangan gigs goers jaman gue SMP, jadi semua ini bener-bener pengalaman baru buat gue. Gue bisa dibilang hampir nggak pernah nonton konser artis luar, apalagi solo. Terakhir ya pas nonton Mild High Club sama Kero Kero Bonito di Widelanes Festival, itu pun itungannya gue nggak suka-suka banget.

Gue sampe sana jam 8an, just in time buat ngeliat penampilannya Mondo Gascaro yang kebetulan gue juga suka banget (told you so, this concert is worth it). Baru deh jam setengah 10 Lamp tampil! Lagu yang dibawain, walau jujur aja gue nggak tau judulnya satu per satu karena baik di Spotify maupun di iTunes pake huruf Jepang, semuanya gue tau. Semuanya familiar dan semuanya enak-enak, not gonna lie. Mungkin bias ya karena gue suka, tapi dari semua konser yang pernah gue datangi baik lokal maupun luar, konser Lamp ini yang paling bikin gue happy. Paling enjoyable. Faktor lain mungkin karena venue yang isinya nggak terlalu banyak orang DAN bebas anti rokok.

Anyway, gue punya 2 lagu Lamp favorit, yang satu judulnya Ame Furu Yoru no Mukou (雨降る夜の向こう) dan satunya lagi Saishuu Ressha wa 25 Ji (最終列車は25時). Lagu pertama udah dibawain di paruh pertama konser, dan ternyata lagu ini favorit pacar juga (padahal dia baru mulai dengerin Lamp setelah gue beliin tiketnya wkwk). Paruh kedua konser berlalu, dan lagu favorit gue yang satunya belom juga dibawain. Sempet cemas sih nggak akan dibawain, but in my defense, lagunya kan enak banget?? Masa nggak populer, sih :(

Mendekati jam 11, Lamp mulai beres-beres. Gue udah mikir, yah kelar deh ini nggak dibawain lagunya.. Padahal udah ditunggu-tungguin.

Untungnya, penonton lain juga nggak rela Lamp udahan. Mereka pun teriak enkoru! Enkoru! Haha. Entah gara-gara seruan encore apa emang belum selesai, Lamp balik lagi ke panggung buat bawain lagu terakhir, yaitu.. Yes, you guessed it.

LAGU FAVORIT AKUH!! :D

Nggak pake lama, gue ikutan sing along. Emang afal Ces lagu Jepang gitu? Eits, bisa diakalin dong. Sebelom konser, gue udah buka page lirik lagu Lamp favorit gue yang ada versi romajinya. Jadi pas konser tinggal baca, hahaha.

Kesimpulannya, emang beda deh nonton konser artis yang cuma sekedar tau/suka beberapa lagunya, sama artis yang udah lo suka dan ikutin dari dulu atau minimal tau semua lagunya. Konser Lamp ini super, super menyenangkan. Good job untuk semua pihak yang terlibat! Nggak nyangka sih Lamp bakal ke sini dan lumayan rame juga yang nonton. Pelajaran yang bisa gue ambil adalah.. Kalo udah sukaaa banget sama satu artis dan mereka mau konser di Indonesia, apalagi kalo konsernya kayak cuma sekali seumur hidup dan nggak tau kapan lagi mereka bakal ke sini, just go for it!

Siapakah yang dilingkari merah di postingan ini?

Friday, September 7, 2018

Another Day, Another Farewell

Tanggal 31 Agustus kemaren, gue resmi tidak lagi menjadi bagian dari Growmint, kantor gue selama 1 tahun dan 10 bulan terakhir.

Growmint adalah kantor full-time pertama gue. Sebuah digital agency di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Demi menunggu kepastian dari Growmint, dulu gue melepas tawaran dari ahensi lokal lain yang namanya lebih established, dan tidak melanjutkan proses rekrutmen di ahensi multinasional ternama. Dan selayaknya memilih jodoh, waktu dulu gue apply ke sini, gue tau bahwa it's "The One".

Umumnya, kerja di ahensi identik dengan yang namanya lembur, lembur, lembur. Untungnya, hal ini jarang gue rasakan selama di Growmint. Lembur, apalagi sampai menginap hingga keesokan paginya, terbilang bisa dihitung jari, itu pun salah satunya karena ikutan ajang Daun Muda-nya Citra Pariwara. Biasanya, kerjaan bisa dilanjutkan di rumah masing-masing. Lebih enaknya lagi, di sini lo diperbolehkan datang siang atau kerja remote, termasuk setelah lembur-lemburan ini. Jadi nggak ada ceritanya lembur sampai pagi lalu lanjut kerja lagi, kecuali memang lo bagian dari tim yang harus present hari itu juga.

Intinya, work culture di sini terbilang sangat nyaman dibanding kebanyakan ahensi lainnya. Cenderung santai, malah. Absen telat aja nggak ada pengurangan gaji atau sangsi, asal udah izin dulu ke atasan dan tim yang bersangkutan. Jadi Growmint bisa dibilang cocok untuk yang berkeluarga, atau yang rumahnya jauh. Politik pun nyaris nggak ada. Dan berhubung ini ahensi lokal rumahan, jadi kekeluargaan antar pekerjanya sangat terjaga sekali. Emang sih, satu perusahaan nggak sampe 50 orang, jadi cepet akrab juga.

Lalu, kalo enak, kenapa gue cabut?

Well, intinya gue harus, dan ingin mencari pengalaman baru. Sudah cukup di zona nyamannya. Proyek-proyek yang gue pegang pun kebetulan selesai bulan Agustus kemaren, jadi gue rasa ini memang saat yang tepat kalo gue mau mencoba peruntungan di tempat lain dan bisa berkembang. Berat, sih. Yang selama ini udah terbiasa dengan pace dan culture Growmint, tiba-tiba harus cari kerjaan baru dengan pace dan culture yang baru juga, yang entah lebih berat atau lebih nyaman.

Jadi.. Terima kasih Growmint untuk semua pengalaman, pertemanan (+percintaan), wawasan, tertawaan, dan tentunya cuan.

Selamat tinggal, sampai jumpa di lain kesempatan!

Note: fotonya nggak lengkap, aslinya orangnya lebih banyak lagi hehe.

Tuesday, May 8, 2018

It seems like yesterday when you texted me good morning out of the blue and honestly, I was taken aback.

I thought I would never find anyone else, and yet here we are now.

You love me for who I am. Listen to me. Take me places. Helped me move on. Be my adorable human hugging pillow. Be aboard my ship in this stormy seas. Be there.

So thank you,

The boy who looks good in black.

Thank you for existing.