Saturday, December 13, 2014

Orange, Shoujo Manga Penyejuk Hati

Seharusnya gue nulis tentang ginian di blog sebelah, tapi berhubung lagi males sok-sok nulis enggres (mungkin nanti bakal tetep gue bikin versi enggresnya di sebelah, sih) maka gue tulis disini saja yes. Yang nggak ngerti dunia perkomikan Jepang atau males baca racauan gue ya sekip saja.

Jadi begini.

Belom lama ini gue patah hati gara-gara pairing favorit alias OTP di komik shoujo favorit tidak terwujud di ending. Kapal gue karam lah pokoknya. Padahal gue sempet yakin endingnya bakal sesuai harapan, sedih plus bete banget kan tuh. Maka, demi mengobati kekecewaan gue, gue pun mulai nyari-nyari komik shoujo lain yang kira-kira bagus. Atau lebih bagus, deh.

Komik demi komik gue intip di portal manga online, belom ada juga yang menarik hati. Eh ada sih sebenernya satu yang bagus, tapi ya gitu, belom cukup.

Sampai akhirnya, beberapa hari lalu gue jalan-jalan ke Gramedia. Niatnya sih cari komik lokal idaman yang kabarnya bakal terbit di toko buku setempat, eh ternyata nggak ada. Gue pun ber-window shopping ria saja. Gue liat-liat komik yang covernya keliatan bagus, trus gue tengok isinya, siapa tau cerita sama artnya juga emang bagus, trus bisa gue baca di internet. (HEH) (jangan ditiru)

Lalu di bagian new arrival, gue nemu satu komik yang judulnya Orange, oleh Takano Ichigo. Gue lupa terbitan mana. Gambar covernya sih lucu, dan yang jelas shoujo manga. Tapi pas gue baca deskripsi cerita di cover belakangnya.. Kok agak nggak tertarik ya. Jadi ceritanya tentang seorang cewek yang mendapat surat dari dirinya di masa depan, 10 tahun lagi. Trus ceritanya dia mau mengubah masa depan gitu deh, entahlah. Tapi terus gue inget, seorang temen gueyang sama-sama penggemar shoujo manga dan seleranya cukup baguspernah ngerekomendasiin komik ini. Gue liat-liat isinya, wah gambarnya emang beneran bagus. Boleh juga nih. Gue pun memutuskan buat ngecek komik ini di internet pas pulang dari Gramedia. Kalo ternyata bagus, baru (mungkin) gue beli.


Gue pun nyoba baca Orange di portal mangascan. Ber-chapter-chapter kemudian, gue tersadar..

YA AMPUN KENAPA NGGAK GUE BELI AJA YA. TERNYATA KOMIKNYA BAGUS BANGET.

Ya maaf lebay. Tapi buat ukuran shoujo manga ini bagus banget. Nggak cheesy. Mungkin karena ada sisipan genre tragedy, kali ya? Jadi ada bagian yang emang cukup gloomy. Toh memang seharusnya gitu, gue bosen sama shoujo manga yang isinya unyu-unyuan aja. Dan kebetulan gue suka sama cerita-cerita yang potensial tearjerker, dan Orange ini, ya Rabb, cocok banget sama selera gue hehe.

Soal artwork? Hmm, sebenernya, style-nya sih masih lebih generik dibanding style dua mangaka favorit gue, Yamamori Mika sama Yamakawa Aiji. Tapi bagus kok! Pas gitu deh, nggak terlalu 'cling cling' ala shoujo manga pada umumnya. Gaya karakter-karakternya juga natural dan asik diliat. Nggak terlalu otaku, lumayan realistis hehe. Yang nggak biasa baca shoujo manga mungkin bisa mulai dengan baca ini.

Ngomong-ngomong soal karakter. Bisa dibilang, ini shoujo manga pertama dimana gue suka sama SEMUA karakternya. I mean it. Semua karakternya likeable. Susah lho bikin komik yang kayak gitu. Nggak ada tokoh nyebelin disini (tokoh antagonisnya pun wajar-wajar aja, nggak berlebihan), nggak ada tokoh yang menurut gue nggak penting, atau pairing yang gue harapkan tidak terjadi. Tapi karena suka secara merata ini, gue jadi belom ada tokoh yang bener-bener favorit sih. Paling pairing yang gue harapkan terjadi di akhir itu Naho x Kakeru, tapi kalo Naho x Suwa ya gapapa juga. Coba, mari kita bahas satu persatu karakternya.. Eh tapi takut kepanjangan, yaudah Naho cs aja ya.

Naho. Protagonis cewek utama di komik ini. Dari segi karakterisasi watak dan fisik sebenernya doi termasuk generik sihcenderung main aman, bukan protagonis cewek shoujo manga yang sok-sok beda dengan bersifat cuek, tangguh, dan semacamnya gitu. Tapi Naho juga bukan tokoh klise yang terkesan happy-go-lucky tapi gampang nangis, super clueless, dan disukai banyak cowok sementara doi blushing-blushing sendiri di belakang (well dia rada clueless dan pernah nangis sih, tapi masih dalam batas wajar kok). Naho bisa dibilang cukup lovable, gue suka sifat dia yang setia kawan dan pantang menyerah. Gue bisa relate sama tindakan-tindakan Naho, karena kalo gue memposisikan diri gue di posisi dia, ya emang itu yang akan gue lakukan.


Kakeru. Protagonis cowok utama #1. Satu kata yang bisa menggambarkan Kakeru: MELANKOLIS. Sumpah, gue baru nemu protagonis cowok utama yang kayak begini. Kakeru ini diceritakan diam-diam punya masalah pribadi yang berat, suka memendam perasaannya karena nggak mau bikin temen-temennya khawatir dan bikin suasana jadi muram. Akibatnya di beberapa scene dia jadi suka sok "aku rapopo" gitu hahaha. Kurang melankolis apa coba? Tapi tenang, Kakeru nggak selemah dan sesurem yang dibayangkan kok. Gue justru suka Kakeru yang cenderung kalem dan jago baca situasi. Di awal komik, diceritain kalo Naho cs beli roti. Naho pengen roti kare, tapi karena banyak yang mau juga dan rotinya cuma satu, Naho pun ngalah dan diem aja. Pas roti kare-nya jatuh ke tangan Kakeru, sama Kakeru malah dikasih ke Naho, karena ternyata dia bisa baca situasi dan tau kalo Naho sebenernya pengen roti yang itu. Naho pun jadi doki-doki. Huft. Oh ya, Kakeru ini bisa dibilang the center of the problem. Maksudnya? Ada deh, nanti spoiler lagi.


Suwa. Protagonis cowok utama #2 alias si "side guy". Bisa dibilang cowok terganteng di geng Naho cs, dan naksir sama Naho (namanya juga shoujo manga). Awalnya gue mikir "ah males banget nih pasti bakal ada drama-drama sama Kakeru buat ngerebutin Naho deh, pasti hubungan persahabatannya jadi tegang deh", EEEEH tapi pemirsa, tahukah anda, bahwa ternyata Suwa bisa menjaga perasaan dan orangnya sepertinya menganut azas "bros before hoes"? Spoiler: highlight space putih setelah kalimat ini kalo mau baca ya. Ya, intinya Suwa ngerelain Naho buat Kakeru, karena mereka berdua saling suka sedangkan dia cuma bertepuk sebelah tangan. Hal itu nggak bikin dia down dan nggak berpengaruh buruk sama persahabatan mereka, malah dia jadi support banget ke Kakeru dan Naho. Udah jago sepakbola, cakep, tinggi, setia kawan, dewasa, ramah, baik lagi. Pokoknya predikat Shoujo Manga's Best Guy dan Best Bro layak jatuh kepada Suwa, saingan sama Suna-nya Ore Monogatari lah ya. Maaf Kakeru, tapi sepertinya popularitas kamu layaknya Shishio (Hirunaka no Ryuusei) yang dibayang-bayangi Suwa/Mamura, deh.


Azu. Sahabat #1 protagonis cewek utama. Normalnya, gue nggak akan suka sama tokoh kayak Azu yang nggak gitu cantik tapi periang dan cerewet banget, cuma buat melengkapi protagonis cewek utama yang kalem--sekilas setipe banget sama Kaya Miyoshi-nya Bakuman, yang kebetulan juga gue nggak suka. Tapi tidak untuk kali ini, saudara-saudara. Azu sama sekali nggak nyebelin, dia bukan tokoh yang terlalu ganggu, terlalu naggy, atau terlalu posesif sama temen-temen dekatnya. Meski mungkin di geng Naho cs Azu berada di urutan terakhir tokoh yang gue suka, tapi tokoh Azu ini emang layak ada, bukan cuma tokoh sampingan penggembira. Men, baru kali ini gue baca shoujo manga yang tokoh-tokoh sahabat protagonis utama punya peran yang signifikan dan bukan sekedar pelengkap. Dan lagi, gue suka hubungan Azu sama Hagita dan berharap pairing ini beneran terwujud hehehe.


Taka-chan. Sahabat #2 protagonis cewek utama. Taka-chan mungkin tokoh cewek yang paling gue suka (maaf, Naho) karena pembawaan dan sifatnya yang cool dan bisa galak, tanpa harus terlihat memaksa. Kayaknya stereotip tokoh cewek di shoujo manga gini ya, protagonis harus yang polos, kalem, dan clueless, trus punya sahabat yang entah ceria banget atau tegas banget, atau keduanya. Gue lemah banget sama karakter-karakter cewek yang kuat dan tipe cool beauty kayak gini. Sama kayak anggota geng Naho yang lain, Taka-chan punya peran yang sama signfikannya. Gue suka adegan dimana Taka-chan berani marahin dan ngancem kakak kelas demi Naho <3 p="">


Hagita. Hmm.. Sebenernya gue bingung mengkategorikan dia apa, soalnya sama Suwa dan Kakeru kayaknya doi nggak terlalu deket--well deket sih, tapi nggak sedeket kayak Naho, Azu, dan Taka-chan gitu. Tapi Hagita masih termasuk geng Naho cs kok, dan menurut gue, dia juga penting (meski sejauh ini belom banyak keliatan perannya di cerita utama). Hagita ini tipe temen pendiem kurang populer dan cenderung jutek yang "hhh apaan sih lo pada" di saat teman-temannya berulah dan dia menolak untuk ikut-ikutan (meski ujung-ujungnya ikut dan seneng juga). Trus kalo diliat dari hubungannya sama Azu yang sering berantem, dia bisa dibilang tsundere hahaha. Tapi tokoh Hagita ini bisa dibilang penyegar karena sering berperan jadi comic relief. Dan ternyata Hagita kalo lepas kacamata jadi cakep lho. Nggak penting sih, ngasih tau aja.

..Intinya semua tokoh likeable, seperti yang sudah gue tulis sebelumnya. Menurut gue, sejauh ini Orange termasuk salah satu shoujo manga terbaik dalam mengangkat tema atau unsur persahabatan (contoh lain: Ore Monogatari dan Omoi Omoware Furi Furare). Nah, mari sekarang kita ngomongin cerita.

Dari segi cerita, ini jauuuh banget dari ekspektasi gue. Deskripsi ceritanya sih biasa aja, eh ternyata bagus banget! Awal baca padahal gue mengira "ah, lagi-lagi cinta segi tiga. Males banget", tapi ternyata nggak sekedar kayak gitu. Ceritanya agak kompleks dan nggak terlalu ketebak arahnya. Endingnya mungkin ketebak, tapi penyelesaiannya nggak ketauan. Baca komik ini agak mengingatkan gue sama anime AnoHana sih. Gue nggak mau spoiler banyak-banyak hehe, pokoknya siapin tisu aja karena unsur tragedi di shoujo manga ini cukup kuat. Oh ya, gue suka konsep "mengubah takdir" yang diusung disini. Cerita semacam itu yang terakhir gue temui ada di anime Mawaru Penguindrum, yang pada akhirnya jadi anime favorit gue. Kebetulan banget nih Interstellar abis keluar, soalnya di komik ini disisipin dikit konsep time traveling, time slip, time paradox, dan semacamnya. Selain bagian yang agak sci-fi itu, banyak hal-hal yang masuk akal disini. Banyak scene-scene yang menggetarkan sukma, meski belom sampe bisa bikin nangis, tapi cukup untuk bikin lo simpatik sama tokoh-tokohnya. Selama baca, suasana hati gue ganti-ganti gitu, antara mode "awww" dan mode "huhuhu". Feels banget deh! Tapi tenang, ceritanya bukan tipe cerita yang ngeselin, yang bikin gregetan akibat kebodohan tokohnya semacam "argghhhh kenapa sih si A nggak nembak nembak?!" atau "duh kok mereka nggak bisa baikan siiiiih" kok. Di komik Orange ini, lo juga akan diajarkan bahwa cinta nggak selalu harus tentang sepasang siswa siswi SMA yang dimabuk asmara dan jadian di bawah pohon sakura lalu berciuman.
Komiknya sendiri baru ada satu jilid di toko buku, sedangkan mangascan-nya udah sampe belasan chapter (itungannya udah sampe jilid kedua), nggak tau masih jauh dari tamat apa nggak. Tapi semoga kualitas ceritanya bisa dipertahankan sampai akhir dan semoga plotnya nggak jadi ngawur ya. Aaamiiin.

Overall, sejauh yang gue baca, komik Orange-nya Takano Ichigo ini gue kasih 9.5/10 hehehe. Gue jarang-jarang merasa harus baca ulang suatu komik, tapi komik Orange ini bikin gue pengen baca lagi dan lagi. Cocok buat yang pengen baca shoujo manga yang agak kompleks dan agak gloomy, tapi tetep menampilkan keceriaan genre school life dan indahnya genre romance :)

UPDATE: Orange kini ada adaptasi live action movie dan anime-nya lho! Komiknya yang terbit disini juga udah sampe jilid 3 kalo nggak salah, bahkan yang online udah tamat. Endingnya mantap.

Tuesday, December 9, 2014

Sedikit Tips Buat yang Tertarik Sama Anak FSRD

Oke, gue geli ngetik judulnya. Any better, subtle suggestions? :))

Sejauh yang gue amati, baik dari hasil observasi via medsos maupun hasil dari ngobrol langsung, banyak orang awam yang merasa kalo anak-anak FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain; anggep aja mahasiswa seni dan desain in general ya) itu out of their league lah, susah dideketin lah, apa lah--intinya mereka merasa susah buat ngegebet anak FSRD karena satu dan lain hal.

Nih contohnya. Cewe cantik super artsy yang out of my league? Ah kamu bisa aja.
(Sumber: medsos)

Gue nggak bisa menyangkal hal ini sepenuhnya, karena gue akui, emang anak FSRD lebih sering bergaul sama sesamanya. Boro-boro pacaran sama anak non-FSRD deh, berkegiatan di luar lingkungan FSRD aja kayaknya jarang banget--at least itu yang gue rasain di kampus gue ya. Kekeluargaan anak FSRD memang bisa dibilang cukup kenceng, entah karena sistem kaderisasi atau sistem kuliah mereka, ditambah lagi mungkin (mungkin lho ya) banyak dari mereka yang merasa kurang nyaman atau kurang cocok bergaul sama anak non-FSRD karena perbedaan kultur, cara berpikir, pola perilaku, dan lain-lain. Kepribadian mereka yang kadang cenderung unik dan berjiwa bebas tentunya lebih dihargai dan dipahami di lingkungan sesama FSRD. Jadi jangan jiper duluan, anak FSRD jarang bergaul ke luar bukan karena sombong kok.

Gara-gara itu, maka anak FSRD pun seringnya cinlok. Tapi tenang, nggak semua kayak gini kok. Ada juga pastinya yang punya circle di luar lingkungan fakultas sampe punya pacar non-FSRD, termasuk gue hehehehe, meski jumlahnya emang bisa diitung jari sih. Pokoknya jangan khawatir, karena gimanapun anak FSRD juga manusia yang bisa luluh karena cinta (aseeeek), mereka cuma butuh penanganan 'ekstra'. 

Nah, kalo kamu bukan anak FSRD tapi pengeeen banget ngegebet anak FSRD, atau kamu baru mulai pacaran sama anak FSRD dan pengen langgeng nih, ada beberapa tips dan trik yang perlu kamu perhatikan dan terapkan! Antara lain..

Temukan mereka duluan.
Maksudnya apa nih?
Gini, berhubung anak FSRD jarang yang main 'keluar sangkar', maka bakal susah kalo kamu cuma mengharapkan mereka buat dateng ke lingkungan kamu duluan. Jadi gimana kalo kamu yang 'nyamperin' mereka duluan? Nyamperin disini bukan berarti kamu ujug-ujug dateng ke gedung kuliahnya terus ngajak kenalan ya, maksudnya kamu bisa perlahan 'nyusup' ke dunia mereka. Contohnya, rajin-rajinlah dateng ke acara atau pameran mereka atau yang berhubungan dengan bidang mereka, karena kemungkinan bakal sering ketemu. Atau lebih bagus lagi, kalo kebetulan acara mereka ngadain outsourcing ke luar fakultas, daftar aja jadi panitianya! Dijamin chance buat (at least) dapet kenalan anak FSRD jauh lebih gede. Kamu juga bisa mulai dari anak FSRD yang kebetulan udah kamu kenal duluan, misalnya temen se-SMA kamu yang sekarang kuliah di FSRD. Sering-sering aja nimbrung ngobrol waktu jurusan dia bikin acara. Kalo kamu cukup menarik atau, ehem, 'lucu', niscaya kamu bakal di-notice duluan sama temen-temennya. Atau kalo lebih frontal sih minta kenalin ke temen sejurusannya yang single dan available, hehe. Selain itu, solusinya kamu juga bisa ikut circle yang nggak terikat sama himpunan, contohnya ikut kepanitiaan acara yang skalanya satu kampus atau ikut unit kegiatan mahasiswa, karena biasanya circle-circle semacam ini beranggotakan orang-orang dari berbagai fakultas dan jurusan, salah satunya FSRD, meski demografinya mungkin nggak sebanyak anak dari fakultas atau jurusan lain.

Dateng ke Pasar Seni kemaren? Sip banget. Jadi panitia? Lebih sip lagi. Dijamin lancar jodoh.
(Sumber: fanpage fb Pasar Seni ITB 2014)


Perbanyak khazanah pop culture kamu.
Karena berkutat di dunia seni, jadi nggak salah kalo mereka menyukai produk-produk pop culture seperti musik, buku, dan film yang masih termasuk karya seni. Jadi, biar nggak ketinggalan dan nyambung kalo ngobrol, nggak ada salahnya kalo kamu memperluas wawasan tentang pop culture. Banyak-banyak dengerin musik baru (hint: kamu bisa nemu banyak di last.fm), biasain buat baca buku selain teentlit atau novel serial populer yang difilmin, atau nonton film-film yang (at least) masuk top 250 versi IMDb. Nggak usah langsung lompat ke yang indie-indie atau obscure gitu; jangan kira semua anak FSRD itu udah pasti hipster dan nggak mau ngonsumsi hal-hal yang mainstream. Kalo udah nemu mutual interest di bidang pop culture, dijamin obrolan kalian bakal mengalir dengan sendirinya. Makanya jangan lupa buat cari tau jenis musik, buku, atau film kayak apa yang disukai gebetan kamu itu. Kalo udah paham selera dia, kamu bisa ngasih hadiah murah meriah tapi berkesan banget kayak contohnya mixtape buatan sendiri (hint: cek 8tracks buat referensi), buku sastra jadul yang udah lama dia cari-cari dan bisa kamu dapetin dengan harga miring di pasar buku bekas kayak Palasari atau Kwitang (dan bisa juga kamu ajak nyari bareng biar ala AADC gitu), atau ajak maraton film klasik yang genrenya dia suka. Buat anak FSRD, selera musik, buku, atau film yang bagus adalah nilai plus banget lho. Sebenernya selera fashion juga nilai plus sih, coba liat aja gaya berpakaian anak-anak FSRD yang rada beda sama anak-anak kuliahan pada umumnya. Lagian kalo style kamu oke, pasti mereka bakal lebih cepet notice kamu. :P

Kayak Rangga dong, bacanya Aku - Chairil Anwar. Pantes Dian Sas--eh Cinta klepek klepek.
(sumber: blog orang)


Meremehkan kerjaan mereka is a BIG NO NO.
"Lo UAS ngapain sih? Gambar doang? Enak banget.. Gue aja mesti bikin laporan 50 halaman"
"FSRD kok osjurnya beda sendiri gitu sih? Emang apaan esensinya osjur kayak gitu?"

Ya, pertanyaan-pertanyaan semacam diatas adalah HARAM hukumnya buat ditanyain ke anak FSRD. Coba simak lagi paragraf kedua gue di postingan ini; mereka pasti bakal tersinggung dan merasa nggak dipahami, trus bisa aja ujung-ujungnya jadi males ngobrol atau bergaul sama kamu. Lah kalo ngobrol atau bergaul sama kamu aja udah males, gimana mau PDKT? Hayoooo. Ingat, dunia kalian memang pada dasarnya berbeda, dan kalian punya cara-cara masing-masing buat mengerjakan segala sesuatunya. Jangan pernah nganggep kerjaan dia gampang atau nggak jelas, karena kenyataannya kalo kamu di posisi dia pun belom tentu kamu bisa ngerjain, dan yakin aja kalo tiap kegiatan pasti ada manfaat dan bobotnya sendiri, sama halnya kayak kerjaan kamu. Jadi hormati aja kegiatan masing-masing dan hindari blunder semacam ini. Kalo emang niatnya basa-basi, carilah bahasa yang lebih aman kayak, "Oh, UAS lo gambar? Mau gambar apa nih rencananya? Boleh liat nggak nanti? Hehe" atau "Wah osjur FSRD emang unik banget ya, cerita dong kalian ngapain aja kemaren". Gitu kan lebih enak, ya nggak? :)
Oh ya, perlu diingat juga, jangan mentang-mentang lagi deket dan kamu menganggap kuliah dia nyantai, trus kamu langsung berharap dia mau bikinin logo band kamu atau gambarin muka temen kamu secara gratis yaaaa. Mereka 'kan juga bikinnya pake ilmu yang mereka pelajari bertahun-tahun, selain itu, kuliah mereka, peralatan serta perlengkapan yang mereka pakai juga tentunya nggak murah.

Mmm.. Tapi kan halal.. :(
(Sumber: propaganda POPCON 2014)


Kasih mereka space.
Seperti yang udah gue kemukakan sebelumnya, kekeluargaan anak FSRD cukup erat, dan mereka lebih sering berkegiatan di 'kandang' sendiri. Jadi jangan buru-buru kesel atau sedih kalo mereka kadang tampak sibuk di dunianya sendiri dan ninggalin kamu--mereka cuma butuh waktu buat melakukan kegiatannya; entah itu nugas, gawe, bikin acara, atau cuma sekedar bergaul sama temen-temen sefakultas dan sejurusannya. Jangan menuntut mereka buat harus terus-terusan menghabiskan waktunya sama kamu. Mereka sibuk terus bukan berarti mereka nganggep kamu nggak penting kok! Kamu mungkin tetap ada di prioritas dia, tapi urutannya setelah himpunan atau urusan akademis, hehe. Rata-rata anak FSRD juga berjiwa bebas, mereka nggak suka dikekang. (Well, siapa juga sih yang suka dikekang?)

Ya jangan marah kalo sms atau chat kamu nggak dibales, mungkin dia lagi sibuk makrab.. Atau makrabnya lebih seru daripada ngobrol sama kamu. Ups.
(Sumber: dok. temen waktu makrab FSRD 2011)


Jangan takut buat mencoba hal-hal baru dan buat acara jalan-jalan kalian nggak membosankan.
Sebagai orang-orang yang dituntut untuk berjiwa kreatif dan dinamis, tentunya anak FSRD bakal selalu mencari hal-hal baru yang menyenangkan dan nggak biasa, makanya mungkin mereka gampang bosen kalo dihadapkan sama rutinitas yang itu-itu aja. Tiap nge-date cuma makan malem, shopping, dan nonton film? Biasa banget! Nggak ada salahnya kalo sekali-kali kamu mencoba sesuatu yang agak out of the box, contohnya bikin surprise trip ke bukit atau gunung terdekat buat stargazing, wisata kuliner menyusuri sejumlah tempat makan kaki lima terenak di kota kalian, ngunjungin museum-museum atau pameran-pameran seni seharian, dan lain-lain. Inget, nge-date nggak harus selalu mahal kok. Apalagi anak FSRD banyak yang terkuras budget-nya buat beli peralatan kuliah mereka yang tentunya nggak murah, jadi mereka bakal appreciate banget kalo kamu bisa ngajak mereka nge-date yang asik dan nggak biasa tanpa harus keluar uang banyak.

Mungkin adegan 500 Days of Summer pas Tom sama Summer jalan-jalan ke IKEA bisa dijadiin inspirasi nih. Tapi berhubung di Indonesia IKEA baru ada satu, jadi ya.. Ke Informa aja lah ya. Atau ACE Hardware, deh. 


Jadilah orang yang berpikiran terbuka dan jangan sampai ada paksaan untuk saling fit-in di dunia masing-masing.
Jangan buru-buru bete waktu dia cuma garuk-garuk kepala pas diajak ngobrol soal sains di film Interstellar, ya. Gebetan kamu mungkin dulu anak IPS jadi nggak diajarin soal teori relativitas Einstein dan semacamnya. Atau dulu mungkin dia anak IPA, tapi berhubung pelajaran IPA hampir udah nggak dipake lagi selama dia kuliah, jadi dia banyak yang lupa. Coba posisikan diri kamu di tempat dia, dan bayangkan gimana pusingnya kamu waktu kalian dulu mengunjungi pameran seni kontemporer dan dia ngajak kamu buat diskusi soal karya-karyanya. Tiap individu punya keunggulan di bidangnya masing-masing. Mencoba mengerti atau mengenal dunia pasangan masing-masing itu bagus banget, tapi jangan paksakan dia untuk masuk dan langsung mengerti dunia kamu dan begitupun sebaliknya; kalo kamu merasa nggak nyaman sama ajakan-ajakan dia untuk masuk ke dunianya, bilang aja yang jujur. Bergaul sama anak FSRD terkadang berarti kamu harus rela berhadapan dengan teman-temannya (atau bahkan dia sendiri) yang, misalnya, bau asap rokok, belom mandi berhari-hari, dan menganut paham ateisme. Buat bisa menerima hal-hal yang masih dianggap nggak biasa di lingkungan masyarakat awam kayak gini, tentunya kamu harus berpikiran terbuka.

"Ni karya apaan ya kok kosong nggak ada apa-apanya?? Hmm.. Putih polos.. Sungguh karya subliminal yang subtil.. Foto dulu lach buat di-upload ke IG"
(Sumber: dok. Invisible: Art About the Unseen by Bruno Jakob. Hayward Gallery, 2012.)


Last but not least, jangan lupa buat kasih support buat mereka.
Alangkah enaknya kalo punya gebetan yang masih satu bidang apalagi sejurusan, karena kalian bisa dengan mudrah saling bantu kalo ngerjain tugas atau belajar bareng saat musim ujian tiba. Nah, gimana kalo gebetan kamu anak FSRD dan kamu bukan? Mau bantu nugas, takut malah ngerusak. Itupun kalo tugasnya bisa dibantu. Lah kalo gambar gimana? Harus dia yang ngerjain sendiri dong. Pas musim ujian pun, materi ujian dia sama sekali di luar kapabilitas kamu jadi kamu nggak bisa bantu ngajarin. Kamu pun sibuk belajar buat ujian kamu sendiri. Nah, karena susah buat saling membantu secara langsung dalam hal akademis, kamu cukup memberikan support dengan cara lain. Bisa dengan cara sesimpel kayak ngasih kata-kata penyemangat via chat atau sms, ngirimin gambar-gambar atau link-link lucu kalo dia lagi suntuk pasca brainstorming sama temen-temen sekelompoknya, ngebawain dia makanan waktu dia sibuk nugas di kosannya sampe lupa makan, nawarin tumpangan kalo dia mau cari bahan buat bikin tugas, dan lain-lain. Dan tentunya jangan lupa sama poin ketiga; kasih dia space ya kalo lagi sibuk hehe.

Contoh gambar penyemangat kalo si dia lagi putus asa ngerjain tugas.
(Sumber: koleksi pribadi. Iya.)


Yak, kira-kira itu aja poin-poin penting yang perlu diingat kalo kamu mau ngedeketin atau lagi macarin anak FSRD. Intinya siiih, saling pengertian dan open-minded aja. Jangan jadikan perbedaan kalian sebagai halangan, jadikan itu sebagai kekuatan dan poin unik dalam hubungan kalian! Berbanggalah karena disaat pasangan lain sibuk ngeluarin duit banyak buat bikin acara nge-date yang fancy, kalian cukup jalan-jalan asik di pasar barang bekas. Dan coba satukan keahlian kalian di bidang yang berbeda; kalo kamu anak Teknik Lingkungan dan dia anak DKV, misalnya, dia bisa bantu kamu buat bikin presentasi yang oke lengkap dengan modelling pake software desain atau dokumentasi video yang menarik waktu dosen kamu ngasih tugas buat mengkaji salah satu isu lingkungan. Kamu juga bisa bantu dia ngasih ide dan pandangan dari segi teknik dan sains saat dia ikut lomba buat bikin kampanye visual soal lingkungan atau bikin branding produk yang eco-friendly. Hal-hal simpel juga bisa diterapkan dalam sehari-hari; dia bisa bantu ngedekor ulang kamar kosan kamu atau sekedar milih kado yang bagus buat sahabat kamu. Kamu juga bisa bantu dia buat bikin struktur makalah yang benar atau sekedar bantu dia ngutak-ngatik gadgetnya pas lagi ngadat. Simbiosis mutualisme pokoknya. Keren, 'kan? :D

Pokoknya, jangan minder dan jiper duluan kalo mau ngedeketin anak FSRD. Kayak yang udah gue bilang di awal, anak FSRD juga manusia kok! Se-'beda' apapun dia, dia bakal tetep luluh kalo kamu bisa deketin dia dengan cara yang tepat. So, masih mau bilang anak FSRD out of your league? ;)